pesonajawa.com -- Cultural Heritage

Diperbaharui: Monday, June 14, 2021


Keraton Ratu Boko

Address: Jl. Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman


S: 7°46'10.00" E: 110°29'7.15"

Lat: -7.76944446564 Long: 110.48532104492

Pesona Keraton di Bukit yang Damai


Sahabat pesonajawa, Keraton Ratu Boko berada di puncak sebuah bukit yang indah dan dari keraton ini sahabat pesonajawa dapat menyaksikan kemegahan Candi Prambanan yang berjarak 6 km perjalanan (3 km garis lurus) disebelah utara Keraton Ratu Boko. Seperti kisah Candi Prambanan dan Candi Sewu, Keraton Ratu Boko ini juga memiliki kisah atau cerita (legenda) rakyat yang sama yaitu kisah tentang Roro Jonggrang.


Kemegahan Keraton Ratu Boko pada masa lalu ditandai dengan beberapa bukti fisik yang masih dapat disaksikan saat ini, yaitu:


Paduraksa, merupakan gerbang utama yang terdiri dari 2 gerbang untuk memasuki pelataran keraton. Paduraksa adalah bangunan yang berbentuk gapura dengan atap penutup gapura. Paduraksa ini terbuat dari batuan andesit dengan jumlah pintu di gerbang pertama ada 3 pintu, dan di gerbang kedua ada 5 pintu.


Foto diambil pada 15 May 2019

Paduraksa - Gerbang Memasuki Keraton


Paseban, merupakan balai atau ruang yang digunakan untuk menghadap Ratu Boko atau berkumpul atau ruang tunggu para tamu yang hendak menghadap Ratu. Terdapat 2 paseban, yaitu paseban barat dan paseban timur yang memiliki luas dengan ukuran sama, panjang 24 meter, lebar 13 meter.


Candi Pembakaran, merupakan tempat yang digunakan untuk mengadakan upacara keagaamaan pada masa itu, tetapi ada yang berpendapat sebagai tempat pembakaran jenazah karena terdapat abu yang tersimpan disumur candi sebagai penyipanan abu jenazah (tetapi setelah dilakukan penelitian hanyalah abu pembakaran kayu). Candi pembakaran ini memiliki luas 26 x 26 meter.


Sumur Suci, merupakan sumur penyimpan air yang digunakan untuk upacara keagamaan pada masa itu bersamaan penggunaannya di Candi Pembakaran. Sumur suci ini berukuran 2,30 meter x 1,80 meter dengan kedalaman 5 meter dari permukaan tanah, dan kedalaman air sekitar 2 meter.


Foto diambil pada 08 March 2018

Pendopo Keraton


Pendopo, merupakan ruang yang sangat luas sebagai ruang pertemuan Ratu Boko beserta dengan para punggawanya atau dengan rakyat yang menghadapnya. Pendopo ini memiliki 2 batur (landasan pendopo), batur bagian utara memiliki luas 20 x 20 meter, dan batur bagian selatan memiliki panjang 21 meter dan lebar 7 meter. Pendopo ini menyisakan landasannya saja, karena bangunan pendopo terbuat dari kayu sehingga tidak nampak lagi bentuknya. Sedangkan bagian tiang yang terbuat dari batu masih dapat disaksikan hingga saat ini.


Foto diambil pada 08 March 2018

Kolam Pemandian Keraton Ratu Boko


Keputren, merupakan tempat tinggal para putri di Keraton Ratu Boko yang terletak di sebelah timur pendopo. Keputren terdiri dari 2 batur yang menghadap ke barat terbuat dari batuan andesit. Keputren selatan memiliki luas 22 x 22 meter, keputren utara memiliki panjang 16 meter dan lebar 15 meter. Pintu masuk ke keputern disebelah barat dan timur berupa paduraksa yang dipahat dengan bentuk kalamarka (bentuk wajah raksasa yang diapit dengan relief wanita cantik).


Kolam Pemandian, tentunya merupakan pasangan dari Keputren yaitu kolam yang terdiri dari 2 bagian di selatan dan di utara. Kolam dibagian utara terdiri dari 7 kolam dan bagian selatan terdiri dari 28 kolam. Sangat memungkinkan bahwa kolam-kolam ini digunakan oleh para putri di Keraton Ratu Boko untuk mandi.


Foto diambil pada 08 March 2018

Keindahan Candi Prambanan dari Keraton Ratu Boko


Sejarah Keraton Ratu Boko Berdasarkan Prasasti Abhayagirivihāra


Bukti tentang dibangunnya Keraton Ratu Boko terdapat pada Prasasti Abhayagirivihāra yang sekarang disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Prasasti ini menunjukkan angka tahun 714 saka yang berarti tahun 792 M. Prasasti ini ditemukan di area Keraton Ratu Boko pada bagian Pendopo Keraton dalam keadaan tidak utuh tetapi dalam keadaan yang terpecah-pecah dan ditemukan 5 bagian, namun bagian lainnya belum ditemukan sampai saat ini.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J.G. De Casparis dengan judul Prasasti Indonesia tahun 1950 mengutip isi Prasasti Abhayagirivihara. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Jan Wisseman Christie dengan judul Register of the Inscriptions of Java (The Inscriptions of Mataram) yang ditulis pada tahun 1999 menerjemahkan bagian tulisan pada prasasti tersebut dengan terjemahan sebagai berikut: didirikannya sebuah Vihara bernama Abhayagiri oleh orang-orang dari Sri Lanka, pada tahun 714 saka Vihara tersebut didirikan, Dharmmatuá¹…gadewa, Raja Dinasti Åšailendra bertahta, di Vihara yang didirikan.


Sahabat pesonajawa, berdasarkan kutipan dari Prasasti Abhayagirivihara jelaslah bahwa Keraton Ratu Boko ketika didirikan pada tahun 792 masehi (714 saka) atau 1.229 tahun yang lalu bernama Abhayagiri sebagai singgasana atau tahta Dharmmatunggadewa (Sri Maharaja Rakai Panunggalan) yang menjadi Raja Kerajaan Medang (Mataram Kuno) pada tahun 780 - 800 M.


Mengapa pada prasastinya disebut Raja Dinasti Sailendra? Karena terdapat 3 dinasti yang berbeda pada masa itu, yaitu Dinasti Sanjaya, Dinasti Sailendra, dan Dinasti Isyana. Dinasti ini mempunyai perbedaan corak agamanya, Dinasti Sanjaya bercorak Hindu di Jawa Tengah, Dinasti Sailendra bercorak Buddha, di Jawa Tengah, dan Dinasti Isyana bercorak Hindu di Jawa Timur.


Foto diambil pada 08 March 2018

Paduraksa di Sore Hari


Mengapa sekarang namanya Keraton Ratu Boko?


Sahabat pesonajawa, tentu ini berhubungan erat dengan kisah (legenda) Roro Jonggrang (bukan Loro atau Lara) dan Raden Bandung Bondowoso. Dalam legenda tersebut menceritakan tentang peperangan antara Kerjaan Pengging dengan Keraton Ratu Boko yang kemudian dimenangkan oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Raden Bandung Bondowoso putra dari Prabu Damar Moyo (Raja Pengging). Sedangkan Roro Jonggrang adalah putri dari Ratu Boko yang memiliki perawakan tinggi semampai (Jonggrang).


Ada beberapa perbedaan cerita atau kisah tentang Roro Jonggrang, misalnya menyebutkan bahwa Boko adalah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Boko yang baik dan bijaksana, dan ada yang mengisahkan bahwa Prabu Boko adalah raksasa pemakan manusia yang memiliki putri cantik jelita yaitu Roro Jonggrang. Tetapi ada kisah lain, bahwa Boko dipimpin oleh seorang perempuan sebagai raja sehingga diebut ratu. Ratu adalah sebutan wanita yang memimpin kerajaan atau merupakan istri dari raja.


Berdasarkan legenda ini, maka nama Abhayagirivihara menjadi Keraton Ratu Boko yang berasal dari cerita rakyat (lengenda) tersebut. Penyebutan nama Keraton Ratu Boko berdarakan legenda yang berkembang di masyarakat tersebut tentu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, namun demikianlah kisah yang menyertai kemegahan Abhayagirivihara (Keraton Ratu Boko).




Destinasi wisata ini berada di ketinggian 198 meter dpl.

Estimasi lamanya kunjungan di tempat ini adalah 120 menit.

Perkiraan jam buka antara pukul 06:00:00 sampai dengan 21:00:00 wib.