pesonajawa.com -- Spiritual Tourism

Diperbaharui: Monday, June 14, 2021


Makam Raja Imogiri - Pasarean Dalem Poro Noto

Address: Jl. Makam Raja atau Jl. Imogiri – Dlingo, Desa Imogiri, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul

Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul


S: 7°55'21.30" E: 110°23'36.10"

Lat: -7.92258310318 Long: 110.39336395264

Riwayat Pasarean Dalem Poro Noto


Sahabat pesonajawa, inilah riwayat Makam Raja-Raja Mataram (Pasarean Dalem Poro Noto) di Imogiri yang merupakan makam sebagian para raja Mataram (Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat) dimulai dari Sri Paduka Sultan Agung sampai dengan Sri Paduka Hamengku Buwana IX, dan Sri Paduka Pakubuwana I sampai dengan Sri Paduka Paku Buwana XII.


Raja kerjaan Mataram yang pertama adalah Panembahan Senopati Ing Ngalogo (nama kecilnya Danang Sutowijoyo) anak dari Ki Ageng Pemanahan yang menjadi pendiri dan Raja Mataram pada masa tahun 1586 - 1601 M.


Panembahan Senopati dari istrinya yang bernama Ratu Mas Waskitojawi, putri Ki Ageng Panjawi memiliki putera yang bernama Sinuhun Prabu Hanyokrowati (Sinuhun Sedo Krapyak) dengan nama kecil Raden Mas Jolang. Raden Mas Jolang menjadi Raja Mataram yang kedua dengan sebutan Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati/ Panembahan Sedo Ing Krapyak pada masa tahun 1601 - 1613 M.


Pada tahun 1613, Panemaban Sedo Ing Krapak wafat dan kerajaan diserahkan kepada putranya dari istri yang bernama Dyah Banowati yaitu Raden Mas Djatmiko menjadi Raja Mataram yang ketiga dengan sebutan Sri Paduka Sultan Agung Hanyokrokusumo pada masa tahun 1613 - 1645 M. Panembahan Sedo Ing Krapyak dimakamkan di Pasarean Kota Gede (Makam Raja Kota Gede) di Kota Yogyakarta.


Foto diambil pada 30 October 2019

Kawasan Utama Makam Raja


Sultan Agung Hanyokrokusumo wafat pada tanggal 2 Sapar hari Kamis malam Jumat (Jumat Legi) berdasarkan penanggalan Jawa yang belum diketahui dalam penanggalan Masehi. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa Sultan Agung Hanyokrokusumo wafat di Pleret, Bantul, Kasultanan Mataram pada tahun 1645, namun ada yang menyebutkan tahun 1647 dan dimakamkan di Pasarean Poro Noto di Imogiri (Makam Raja Imogiri), bukan lagi di Makam Raja Kota Gede seperti ayahandanya. Inilah awal mula peristirahatan akhir para Raja Mataram (Yogyarta dan Surakarta).


Atas jasanya sebagai pejuang ketika menyerang Batavia yang dikuasai VOC pada tahun 1628 - 1629 (dua gelombang penyerangan) terhadap VOC yang di pimpin Jan Pieteszoon Coen, maka Sultan Agung ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.


Foto diambil pada 30 October 2019

Kawasan Kasuwargan, Besiyaran, dan Saptorenggo


Pasarean Poro Noto (Makam Raja) Imogiri memiliki 8 bagian pemakaman:


Bagian A (Kasultan Agungan) merupakan tempat makam Sri Paduka (SP) Sultan Agung, Sri Ratu Batang, S.P. Hamangkurat Amral, S.P. Hamangkurat Mas;


Bagian B (Paku Buwanan) merupakan tempat makam S.P. Pakubowono I, S.P. Hamangkurat Jawa, S.P. Pakubuwono II;


Bagian C (Kasuwarga Yogyakarta) tempat makam S.P. Hamengkubowono I, S.P. Hamengkubowono III, S.P. Hamengkubowono II dimakamkan di Kota Gede;


Bagian D (Besiyaran Yogyakarta) tempat makam S.P. Hamengkubowono IV. S.P. Hamengkubowono V, S.P. Hamengkubowono VI;


Bagian E (Saptorenggo Yogyakarta) tempat makam S.P. Hamengkubowono VII, S.P. Hamengkubowono VIII, S.P. Hamengkubowono IX;


Bagian F (Kasuwargan Surakarta) tempat makam S,P. Pakubuwono III, S,P. Pakubuwono IV, S,P. Pakubuwono V;


Bagian G (Kapingsangan Surakarta) tempat makam S,P. Pakubuwono VI, S,P. Pakubuwono VII, S,P. Pakubuwono VIII, S,P. Pakubuwono IX;


Bagian H (Girimulyo Surakarta) tempat makam S,P. Pakubuwono X, S,P. Pakubuwono XI, S,P. Pakubuwono XII.



Foto diambil pada 30 October 2019

Genthong Kyai Danumoyo


Genthong yang ada di kawasan Pasarean Raja Mataram berjumlah empat buah. Setiap Genthong diberi nama berbeda dengan menggunakan nama yang dianggap keramat atau sebagai pusaka. Genthong tersebut diletakkan berjajar dari barat ke timur yaitu: Genthong Kyai Danumaya berasal dari Kerajaan Palembang, Genthong Kyai Danumurti berasal dari Kerajaan Aceh, Gentong Kyai Mendung berasal dari Kerjaan Ngerum (Ngerum adalah Turki), dan Genthong Nyai Siyem dari Kerajaan Siam (Siam adalah Thailand).


Sahabat pesonajawa, empat Genthong ini akan dikuras airnya setahun sekali mernurut kalender jawa. Ritual ini dilakukan oleh Keraton Yogyakarta setiap tanggal 1 Sura atau pada Jumat Kliwon saat memasuki bulan Sura. Ritual ini sudah dilaksanakan oleh Sultan Agung hingga tetap dilestarikan sampai pada saati ini.


Ritual yang berlangsung setahun sekali ini selalu diikuti oleh masyarakat dengan antusias. Masyarakat yang hadir juga memiliki tujuan berbeda, hanya ingin menyaksikan ritual, untuk mengetahui makna pengurasan air Genthong, sedang berwisata, dan ada yang hadir secara khusus untuk mendapatkan air kurasasan dengan tujuan mendapatkan berkah.


Sahabat pesonajawa, ini yang perlu diperhatikan apabila sahabat pesonajawa berkunjung ke pasarean dengan tujuan untuk berziarah: 1) Ziara dibuka pada hari Minggu, Senin, Tanggal 1 dan 8 Syawal, Tanggal 10 besar dimulai pukul 10.00 - 13.00. Khusus hari Jumat dibuka pukul 13.00 - 15.00. Hari-hari puasa Islam di tutup. Tetapi bila hanya sekedar berwisata dan tidak harus memasuki area makam, maka dapat berkunjung kapan saja.




Destinasi wisata ini berada di ketinggian 225 meter dpl.

Estimasi lamanya kunjungan di tempat ini adalah 90 menit.

Perkiraan jam buka antara pukul 05:00:00 sampai dengan 20:00:00 wib.